Tiap pagi...
Gimana rasanya bertemu dengan orang yang pernah dekat dengan kita dimasa lalu?
Galau, kalau perpisahan dulu itu menyakitkan. Emang ada perpisahan yg menyenangkan? Ihiks...
Sepanjang perjalanan hidup... beberapa kali saya mengalami perpisahan, dan semuanya menyakitkan. Baik yg perpisahan karena alasan tidak cocok, tidak jujur, tidak sreg(halah!), tidak dewasa, tidak serius... sampai yang pisah baik-baik yang tetap M-E-N-Y-A-K-I-T-K-A-N.
Beberapa kali bertemu dengan orang yg pernah dekat, tidak disengaja, yang rasanya(ternyata)... tidak perih lagi.
Dulu, obat dari rasa sakit yang paling ampuh adalah mencari pengganti. Tapi pengalaman mengajarkan... sebelum saya memaafkan orang yang membuat saya sakit hati, maka sulit buat saya mencari pengganti. Untungnya saya pelupa dan mudah lupa(hahaha... ada untungnya). Jadi istilah 'forgive but not forget' tidak berlaku. Tapi untuk bertemu... tetap saja enggan.
Mungkin, ketidak-sengajaan tempo hari menyentil saya betapa saya harus bersyukur mengalami perpisahan demi perpisahan sebelumnya. Itu membuat saya makin kuat. Juga... otak saya mencatat tidak ada perpisahan yang tidak menyebabkan sakit.
Seperti sakit yang saya rasakan tiap pagi. Mematung sesaat dengan tatapan sedihnya, isak tangisnya.. Karena sayalah yg membuat sakit, sayalah yang meninggalkannya...
Dan saya lagi-lagi hanya ikut terisak...
Lebih menyakitkan menyadari kita telah menyakiti orang yang kita sayangi daripada disakiti... Ternyata!
Galau, kalau perpisahan dulu itu menyakitkan. Emang ada perpisahan yg menyenangkan? Ihiks...
Sepanjang perjalanan hidup... beberapa kali saya mengalami perpisahan, dan semuanya menyakitkan. Baik yg perpisahan karena alasan tidak cocok, tidak jujur, tidak sreg(halah!), tidak dewasa, tidak serius... sampai yang pisah baik-baik yang tetap M-E-N-Y-A-K-I-T-K-A-N.
Beberapa kali bertemu dengan orang yg pernah dekat, tidak disengaja, yang rasanya(ternyata)... tidak perih lagi.
Dulu, obat dari rasa sakit yang paling ampuh adalah mencari pengganti. Tapi pengalaman mengajarkan... sebelum saya memaafkan orang yang membuat saya sakit hati, maka sulit buat saya mencari pengganti. Untungnya saya pelupa dan mudah lupa(hahaha... ada untungnya). Jadi istilah 'forgive but not forget' tidak berlaku. Tapi untuk bertemu... tetap saja enggan.
Mungkin, ketidak-sengajaan tempo hari menyentil saya betapa saya harus bersyukur mengalami perpisahan demi perpisahan sebelumnya. Itu membuat saya makin kuat. Juga... otak saya mencatat tidak ada perpisahan yang tidak menyebabkan sakit.
Seperti sakit yang saya rasakan tiap pagi. Mematung sesaat dengan tatapan sedihnya, isak tangisnya.. Karena sayalah yg membuat sakit, sayalah yang meninggalkannya...
Dan saya lagi-lagi hanya ikut terisak...
Lebih menyakitkan menyadari kita telah menyakiti orang yang kita sayangi daripada disakiti... Ternyata!
Post a Comment